February 27, 2015

Yang katanya sedang patah hati, dan potongan rambut yang baru

Hari ini rasanya saya ingin meringkuk didalam selimut saja, matahari terlalu silau untuk mataku yang sembab, dan hari terlalu cerah untuk hatiku yang masih dirundung kelam.
Namun, rasanya salah, jika saya hanya bermuram durja, rasanya tak adil , jika saya terus merasa sedih merana, padahal saya bisa menikmati dunia.
Iya, hati saya masih berdarah bernanah, tapi saya sudah lelah terus menerus bersedih untuk seseorang yang bahkan tak peduli.

Maka berbekal dengan keteguhan hati, dan hasrat untuk membahagiakan diri, hari ini saya menantang matahari.
Hal pertama yang saya lakukan adalah berbenah diri!
Rasanya sudah lama tidak memanjakan diri, sayapun mandi selama mungkin, luluran, maskeran, creambath, walaupun semuanya bukan saya lakukan di salon (karena memang sedang berhemat #uhuk) tapi rasanya sangat menyenangkan, seakan-akan beban ikut terangkat bersama daki ketika luluran, hehehe..

Lalu hal selanjutnya yang ingin saya lakukan adalah POTONG RAMBUT!!
Entah darimana asalnya, katanya orang yang habis potong rambut artinya habis patah hati, ahahaha...
jadi, entah kenapa, tiba-tiba hasrat saya untuk memendekkan rambut sangat besar, padahal belum lama ini saya baru saja memotong rambut saya.
Kemudian, setelah saya menyelesaikan segala urusan saya pagi hingga siang tadi, saya pun pergi ke salah satu salon muslimah langganan saya di jalan Racing center.
Sebelumnya di rumah, saya sudah berdiskusi dengan sulung tentang bagaimana sebaiknya model rambut pendek yang cocok untuk saya. Si sulung menyarankan untuk memotong model Pixie Cut saja. Berhubung saya tidak tahu, bagaimana itu model pixie cut, sesampainya di salon, saya pun googling tentang itu, dan ternyata model rambut Pixie Cut itu potongan rambut yang sangat pendek, dan sangat tomboy, dan salah satu gambar yang muncul ketika saya googling itu adalah gambar Anna Hatheway dengan potongan rambut yang sangat pendek, dan saya pun memutuskan untuk memotong rambut seperti itu >//<
Namun, ketika saya memperlihatkannya kepada mba-mba salon yang akan memotong rambut saya, dia berkomentar, "tidak terlalu pendek ji itu, mba?" dan saya pun galau dan berfikir, iya sih kayaknya pendek sekali, dan poninya juga, saya tidak pede dengan poni sependek itu.

Foto pertama yang ingin saya jadikan model rambut saya, berharap sedikit saja bisa mirip Anne Hathaway, hehehe..
(picture taken from here)


Lalu saya pun kembali googling, mencari foto artis Bianca liza, yang memang sebenarnya saya sudah berfikir untuk memotong rambut saya pendek seperti Bianca (yang tidak tahu siapa itu bianca, itu loh, presenter yang dulu sering sama uya kuya di acara eat bulaga indonesia)
Saya pun mendapatkan sebuah gambar yang cukup bagus yang menurut saya tidak terlalu pendek untuk ukuran rambut pendek dan poninya juga masih cukup panjang, dan akhirnya menjadikan itu sebagai model untuk potongan rambut saya.

Foto Bianca Liza, sebagai contoh model potongan rambut saya yang baru (berharap bisa ikutan manis kayak Bianca, pffttt)
(picture taken from here)

Saat rambut saya sudah setengah jalan dipotong, saya melihat, kayaknya rambut saya pendek bangeeetttt >///< (dalam hati sudah sangat was-was jadinya bakalan tidak cocok untuk saya, tapi saya masih tetap pasang wajah santai dengan senyum manis di depan mba-mbanya, biar mba-mbanya tidak ikutan panik) dan akhirnya saya pun pasrah, dengan keadaan, dan menyerahkan semuanya ke tangan mba-mba yang memotong rambut saya. Biar sajalah, toh saya juga berhijab tidak akan banyak dilihat orang (begitu cara saya menenangkan diri) 
Dan tiga puluh menit kemudian, rambut saya pun selesai dipotong. Dan hasilnya? Kereenn >//<
Pendeknya sama dengan rambut anne hathaway yang pertama tadi, tapi poninya masih cukup panjang seperti poni bianca, fufufufuu...
Jujur, ini kali pertama saya memiliki rambut sependek ini, semenjak saya masih kecil hingga sekarang. Biasanya saya selalu bertahan dengan rambut panjang, padahal saya tipe orang yang jarang mengurus rambut sendiri -____-
Saya tidak ingin menampilkan foto saya disini dengan potongan rambut baru saya, hehehehe...
Tapi bagi kalian yang penasaran, bisa mengecek di id Instagram saya (@raradenanna), disana, karena terlalu excited tadi, saya pun memposting foto saya (maafkan Hamba ya Allah...)

Rasanya sangat lega setelah potong rambut. Walaupun patah hati saya belum sepenuhnya terobati, setidaknya saya menganggap ini sebagai awal yang baru. Untuk memulai hari-hari yang baru.

Oh, iya, untuk kalian yang (juga) baru patah hati, saya ada video menarik dari abang Raditya Dika di Youtube yang judulnya Kepada Orang Yang Baru Patah, cobalah kalian tonton video ini, karena jujur sedikit banyak video ini menginspirasi saya untuk hal-hal yang saya lakukan hari ini.
Link >> https://www.youtube.com/watch?v=SfuQeHA0r64

Sekian dulu postingan saya.
Sebenarnya masih banyak hal menarik yang saya lakukan hari ini, tapi rasanya hanya ini yang ingin saya ceritakan untuk saat ini, hehehe..


Salam,
Yang sedang mencoba bangkit kembali, Rara





Seharusnya Aku TAHU DIRI

Kamu selalu menjadi bagian dari hari-hariku. Hampir setiap hari, aku membuat alasan agar bisa bertemu denganmu. Aku menghabiskan malam, sebelum tidur, untuk membaca pesan singkatmu, menyempatkan diriku menyebut namamu dalam tiap doa dan sujud terakhirku, DULU, sebelum aku tersadar seharusnya aku tahu diri.

Aku sudah tahu, mendekatimu adalah hal yang salah, mencintaimu adalah tindakan yang bodoh, menginginkanmu adalah hasrat yang tak pantas. Namun, kedekatan kita, adalah sesuatu yang tidak bisa aku hindari. Bagaimana mungkin aku mengingkari perasaan yang bisa membuatku bahagia membuncah? Walaupun aku tahu, aku tak seharusnya berharap lebih.

Kugantungkan harapanku padamu. Kuberikan sepenuhnya perhatianku untukmu. Sayangnya, tak seharusnya aku berbuat seperti itu, karena kamu tak pernah memandang sisi yang sama denganku. Kedekatan kita, bukanlah kesamaan harapan dalam satu keinginan bagimu. Kamu berada disampingku, tapi hasrat yang kuciptakan tak pernah sampai ke hatimu. Kamu berada di dekatku, namun segala perhatianku seakan menguap, menghilang tak berbekas di jiwamu. Kamu mungkin menganggap perasanku padamu hanyalah sesaat, hanyalah permainan dan suatu saat akan menguap.

Kamu sudah mengetahui bagaimana perasaanku terhadapmu, dan walaupun kamu tahu bahwa itu salah, kamu menyambutku seolah-olah tak apa jika aku berharap kepadamu, kamu membiarkanku memeluk mimpiku tentangku, kamu mengizinkanku merasakan manisnya kisah kita padahal itu adalah bayangan semu. Kebahagiaanmu adalah hal yang paling kuinginkan setiap hari. Dulu, aku berharap, aku bisa menjadi alasanmu tersenyum setiap hari, tapi ternyata harapanku terlalu tinggi.

Tuan, semuanya telah berakhir. Tanpa ucapan pisah. Tanpa lambaian tangan. Tanpa kamu jujur mengenai perasaanmu. Perjuanganku terhenti karena aku merasa tak pantas lagi berada disisimu. Sudah ada seseorang untukmu, yang nampaknya jauh lebih baik dan sempurna daripada aku. Tentu saja, jika dia tak sempurna, kamu tak akan memilih dia menjadi satu-satunya untukmu.

Tuan, setelah mengetahui semua itu, apakah kamu pernah sedikit saja menilik tentang perasaanku? Ini terasa aneh bagiku. Kita yang dulu sempat dekat, walaupun tanpa status apa-apa, meskipun berada dalam ketidakjelasan, tiba-tiba menjauh tanpa sebab. Aku yang terbiasa menyapamu dalam pesan singkat, harus terpaksa terbiasa tak lagi menanyakan kabar tentangmu, karena aku tersadar seharusnya aku tahu diri. Aku berusaha memahami itu. Setiap saat. Setiap hari. Aku berusaha meyakini diriku bahwa semua sudah berakhir, dan aku tak boleh lagi berharap terlalu jauh.

Tuan, jika aku boleh meminta langsung kepada TUHAN, aku tak ingin kedekatan kita terjadi. Aku tak ingin mendengar suaramu menyebutkan namaku. Aku tak ingin mengingat aromamu ketika kebersamaan kita terlalu dekat. Aku tak ingin membaca pesan singkatmu. Sungguh, aku tak ingin semua hal itu terjadi jika pada akhirnya kamu menghempaskanku sekeji ini.

Tuan, jika ingin mengetahui bagaimana perasaanku, seluruh kosakata dalam milyaran bahasa tak akan mampu mendeskripsikannya. Perasaan bukanlah susunan kata dan kalimat yang bisa dijelaskan dengan definisi dan arti. Aku lelah. Itulah perasaanku. Sudahkah kamu paham? Belum. Tentu saja. Apa pedulimu padaku? Aku tak pernah ada dalam matamu, aku tak pernah mempunyai tempat dalam hatimu.

Setiap hari, setiap waktu, setiap aku melihatmu dengannya, aku selalu berusaha menganggap semuanya baik-baik saja. Semua akan berakhir seiring berjalannya waktu. Aku membayangkan perasaanku yang suatu saat nanti akan hilang, aku memimpikan lukaku akan segera kering, dan tak ada lagi penyebab aku menangis setiap malam. Namun, sampai kapan aku harus terus mencoba?

Sementara ini saja, aku tak kuat lagi membayangkanmu bahagia dengannya. Tak mudah meyakinkan diriku sendiri untuk segera melupakanmu dan kemudian mencari pengganti.

Tuan, seandainya kamu bisa membaca perasaanku dan kamu bisa mengetahui isi otakku, mungkin hatimu yang beku akan segera mencair. Aku menulis ini ketika mataku tak kuat lagi menangis. Aku menulis ini ketika mulutku tak mampu lagi berkeluh. Aku mengingatmu sebagai sosok yang pernah hadir, walaupun tak pernah benar-benar tinggal. Seandainya kamu tahu perasaanku dan bisa membaca keajaiban dalam perjuanganku, mungkin kamu akan berbalik arah dan memilihku sebagai tujuan. Tapi, aku hanya persinggahan, tempatmu meletakkan segala kecemasanmu, kotak untuk menceritakan mimpi-mimpimu, lalu kamu pergi tanpa janji untuk pulang.

Semoga kamu tahu, aku berjuang, setiap hari untuk melupakanmu. Aku memaksa diriku untuk membencimu, setiap hari, setiap kulihat kamu bahagia bersama kekasihmu. Aku berusaha keras, setiap hari, menerima kenyataan yang begitu kelam.

Bisakah kamu bayangkan rasanya jadi orang yang setiap hari terluka, hanya karena ia tak tahu bagaimana perasaan orang yang mencintainya? Bisakah kamu bayangkan rasanya jadi aku yang setiap hari harus melihatmu dengannya?

Bisakah kamu bayangkan rasanya jadi seseorang  yang setiap hari menahan tangisnya agar tetap terlihat baik-baik saja?

Kamu tak bisa. Tentu saja. Kamu bukan seseorang yang perasa.

Maka aku tahu, tuan, seharusnya aku tahu diri.



~RR

February 23, 2015

Postingan seketika

Sangat banyak hal yang terjadi  dalam beberapa bulan terakhir, namun tidak satupun yang bisa saya ceritakan, bukan karena tak ingin bercerita, saya bahkan sangat ingin menceritakannya dengan sangat detail, tapi setiap saya mulai menulis, saya tidak tahu harus memulai dari mana, saya tak tahu harus menceritakannya bagaimana.

Mungkin nanti setelah saya sudah mulai tenang, ketika saya sudah mulai ikhlas, ketika hati saya mulai lega, saya akan menceritakannya satu-satu.
Dan saat ini, biarkan saya menangis dalam diam, mengasihi diri sendiri, dan menikmati kesendirian saya.