Pesan cinta, kau tak pernah bosan mengirimkannya untukku, seakan itu adalah alat bantu nafasmu, kau lakukan di bawah alam tak sadarmu. Walaupun singkat dan tak bervariasi, aku tahu betul betapa kau tak bisa menjadi puitis, namun aku selalu tersenyum dan setitik sinar diam-diam menghangatkan hatiku, lalu aku pun siap menjalani hari ku.
Namun, aku pun tak bisa menghilangkan pertanyaan ini dari otakku, tak bosankah kau dengan semua itu? Tak marahkan kau dengan sikap tak acuh ku padamu? Yang selalu membalas pesanmu hanya dengan gambar wajah senyum padahal kau mengucap kata cinta padaku..
Kita pernah saling cinta, kemudian saling menebar luka, hingga akhirnya terpisah, kemudian saling cinta kembali, lalu saling menyayat luka lagi, dan akhirnya terpisah, yang ketika itu akulah yang memutuskannya, dengan alasan yang cukup membuatmu tak ingin mengerti.
Aku bahagia, walaupun sudah tak memiliki hubungan, kita masih saling menyapa, walau awalnya kita saling mencaci layaknya pemuda-pemudi labil yang patah hati, namun sikap ego kita perlahan teratasi. Kau mengerti, akupun mengerti.
Hingga akhirnya perasaan cinta yang dulu ada di hatiku, perlahan berubah untukmu, bukanlah lagi perasaan cinta menggebu-gebu seperti dulu ataupun perasaan egois ingin memilikimu hanya untukku, melainkan perasaan kasih, perasaan peduli, perasaan bahagia karena kau masih menginginkanku kembali untukmu.
Aku tahu, kelak kau akan lelah menungguku. Menunggu hatiku kembali terbuka untukmu.
Dan aku sadar kelak kau akan pergi menjauh, dan aku harus rela tak akan lagi mendapatkan pesan cintamu. Namun aku bisa apa? Aku tak ingin memberimu harapan palsu.
Tapi terimakasih, terimakasih untuk semua pesan cintamu.
seperti musim, semua akan berganti
hingga nanti kau akan menemukan penggantiku,
aku tetap bahagia menerima pesan cintamu.
untukmu.
dariku.
No comments:
Post a Comment
Jejak para pembaca, boleh komen suka-suka :)