Hati kita pernah sama-sama rusak. Pernah retak, bahkan pecah hingga terserak. Kau dengan gurat lukamu, aku dengan semburat perihku. Kita sepasang pelupuk penakar airmata yang sedang mencari pembebatnya.
Seharusnya, kau dan aku bisa saling menjadi obat. Kita telah sama-sama tahu bahwa menimbun sayat tak kan membuat sehat. Tapi mengapa kita justru saling menebar sengat? Tak cukupkah lebam yang masih belum hilang benar birunya? Haruskah kau tambahkan airmata agar semakin semarak warna lukanya?
Aku hanya ingin duduk berdua. Berbicara tanpa kernyit di dahi, tanpa sakit di hati, tanpa lidah yang memaki. Tak lelahkah kau akan pertengkaran yang berujung pada saling diam? Bukankah cinta itu tentang perihal saling memahami dan membuka diri? Egoku telah berlutut di hadapanmu. Maka bisakah kau sedikit meredam amarah, menghilangkan cemburu, dan mencoba menaruh percaya padaku? Lalu peluk aku sebentar saja, hingga berhenti isak tangisku, hingga aku tenggelam dalam tenang.
No comments:
Post a Comment
Jejak para pembaca, boleh komen suka-suka :)